Pajak



BAB I
PAJAK PENGHASILAN

A.      Subjek PPh:
        I.            Dalam Negeri
1.       Orang Pribadi
·   Mulai à dilahirkan/berada/berniat tinggal di Indonesia
·   Akhir à meninggalkan Indonesia selamanya, meninggal dunia
2.       Badan
·   Mulai à Didirikan /berada di Indonesia
·   Akhir à Dibubarkan/tidak lagi berada di Indonesia
3.       Warisan
·   Mulai à timbul warisan
·   Akhir à warisan selesai dibagi
      II.            Luar Negeri
1.       Non BUT
·   Mulai à punya penghasilan di Indonesia
·   Akhir à tidak lagi punya penghasilan di Indonesia
2.       BUT
·   Mulai à melakukan kegiatan/usaha melalui BUT di Indonesia
·   Akhir à tidak lagi melakukan kegiatan/usaha melalui BUT di Indonesia

B.      Wajib Pajak
1.       Dalam Negeri
·   Bertempat tinggal/berada di Indonesia > 183 hari dlm waktu 12 bulan, berniat tinggal di Indonesia
·   Badan yg didirikan/berkedudukan di Indonesia
·   Warisan yg belum terbagi
2.       Luar Negeri
·   Tidak bertempat tinggal/berada di Indonesia <183 hari dlm wkt 12 bulan
·   Badan yg tidak didirikan/berkedudukan di Indonesia yg menerima/memperoleh penghasilan dari Indonesia baik dari melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia maupun bukan dari menjalankan usaha

C.      Kewajiban Pajak
1.       Dalam Negeri
·   Dikenakan pajak atas penghasilan dari Indonesia maupun dari luar Indonesia
·   Berdasarkan penghasilan neto dgn tariff umum
·   Wajib menyampaikan SPT
2.       Luar Negeri
·   Dikenakan pajak atas penghasilan dari Indonesia
·   Berdasarkan penghasilan bruto dgn tariff sepadan
·   Tidak wajib menyampaikan SPT

Objek Pajak (Pasal 4 -15 UU PPh)
Penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yg diterima atau diperoleh WP, baik yg berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yg dapat dipakai utk konsumsi atau utk menambah kekayaan WP bersangkutan dgn nama dan dlm bentuk apapun, termasuk:
1.       Penggantian atau imbalan berkenaan dgn pekerjaan/jasa yg diterima/diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pension atau imbalan dlm bentuk lainnya
2.       Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan
3.       Laba usaha
4.       Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:
a.       Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroaan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal
b.      Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya karena pengalihan harta kpd pemegang saham, sekutu atau anggota
c.       Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha
d.      Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kecuali yg diberikan kpd keluarga sedarah dlm garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan social atau pengusaha kecil termasuk koperasi yg ditetapkan oleh Menkeu, sepanjang tidak ada hubungan dgn usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihakk yg bersangkutan,
e.      Keuntungan karena pengalihan/penjualan hak penambangan dan tanda turut serta dlm pembiayaan atau permodalan pd perusahaan pertambangan.
5.       Penerimaan kembali pembayaran pajak yg telah dibebankan sbg biaya
6.       Bunga termasuk premium, dikonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian uang
7.       Deviden, dgn nama dan dlm bentuk apapun, termasuk deviden dari perusahaan asuransi kpd pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi
8.       Royalty
9.       Sewa dan penghasilan lain sehubungan dgn penggunaan harta
10.   Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
11.   Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali hingga jumlah tertentu yg ditetapkan dgn Peraturan Pemerintah
12.   Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing
13.   Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
14.   Premi asuransi dan reasuransi
15.   Iuran yg diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yg terdiri dr WP yg menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
16.   Tambahan kekayaan neto yg berasal dri penghasilan yg belum dikenakan pajak
17.   Penghasilan dari usaha berbasis syariah
18.   Imbalan bunga dlm perpajakan
19.   Surplus BI

Berikut adalah contoh kasus yg merupakan bentuk penghasilan:
·         PT AA memiliki sebuah mobil yg digunakan dlm kegiatan usahanya dgn nilai sisa buku sebesar Rp 40.000.000. Mobil tsb dijual dgn hrg Rp 60.000.000. Dgn demikian, keuntungan PT AA yg diperoleh karena penjualan mobil tsb adalah Rp 20.000.000. Apabila mobil tsb dijual kpd salah seorang pemegang sahamnya dgn harga Rp 50.000.000, maka nilai jual mobil tsb tetap dihitung berdasarkan harga pasar sebesar Rp 60.000.000. Selisih sebesar Rp 20.000.000 merupakan keuntungan bagi PT AA dan bagi pemegang saham yg membeli mobil tsb selisih sebesar Rp 10.000.000 merupakan penghasilan.

Penghasilan yg tidak termasuk objek pajak:
1.       Bantuan sumbangan dan harta hibahan, dgn ketentuan:
a.       Bantuan termasuk zakat yg diterima oleh badan amil zakat/lembaga amil zakat/dlm rangka GNOTA yg disahkan Pemerintah dan para penerima zakat yg berhak. Ini sesuai dgn UU No.38 thn 1999 ttg Pengelolaan Zakat
b.      Harta hibahan yg diterima oleh keluarga sedarah dlm garis keturunan lurus satu derajat, oleh badan keagamaan, badan pendidikan, badan social atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menkeu
2.       Warisan
3.       Harta termasuk setoran tunai yg diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal
4.       Imbalan sehubungan dgn pekerjaan/jasa yg diterima/diperoleh dlm bentuk natura dan/atau kenikmatan dari WP atau Pemerintah
5.       Pembayaran dari perusahaan asuransi kpd orang pribadi sehubungan dgn asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa
6.       Deviden/bagian laba yg diterima atau diperoleh PT sbg WP DN, koperasi, BUMN/D, dari penyertaan modal pd badan usaha yg didirikan dan berkedudukan di Indonesia dgn syarat:
a.       Deviden berasal dari cadangan laba yg ditahan
b.      Bagi perseroan terbatas, BUMN/D yg menerima deviden, kepemilikan saham pd badan yg memberikan deviden paling rendah 25% dari jumlah modal yg disetor dan harus mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan saham tsb.
7.       Iuran yg diterima atau diperoleh dana pension yg pendiriannya telah disahkan oleh Menkeu, baik yg dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai
8.       Penghasilan dari modal yg ditanamkan oleh dana pension, dlm bidang-bidang tertentu yg ditetapkan dgn KepMenkeu
9.       Bagian laba yg diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yg modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi
10.   Penghasilan yg diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yg didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dgn syarat badan pasangan usaha tsb:
a.       Merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yg menjalankan kegiatan dlm sektor usaha yg ditetapkan dgn KepMenKeu
b.      Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan penyertaan modal ventura tidak melebihi 10 tahun
11.   Bea siswa
12.   Sisa lebih yg diterima atau diperoleh organisasi nirlaba
13.   Bantuan atau santunan yg dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kpd WP tertentu

Biaya-Biaya yg Dapat Menjadi Pengurang Penghasilan
1.       Biaya/Beban Usaha
a.       Biaya yg secara langsung atau tidak langsung berkaitan dgn kegiatan usaha:
·   Biaya pembelian bahan
·   Biaya berkenaan dgn pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yg diberikan dlm bentuk uang
·   Bunga, sewa, royalty
·   Biaya perjalanan dan transportasi
·   Biaya pengolahan limbah
·   Premi asuransi
·   Biaya promosi dan penjualan
·   Biaya administrasi
·   Pajak kecuali Pajak Penghasilan
b.      Penyusutan dan amortisasi,
c.       Iuran kpd dana pension yg pendiriannya telah disahkan oleh Menkeu, contohnya iuran pension kpd PT Taspen Jamsostek
d.      Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta/aktiva yg utk operasional
e.      Kerugian dari selisih kurs mata uang asing
f.        Biaya penelitian dan pengembangan (R&D) yg dilakukan di Indonesia
g.       Biaya bea siswa, magang dan pelatihan
h.      Penghapusan piutang yg nyata-nyata tidak dpt ditagih, dgn syarat:
1)      Telah dibebankan sebagai biaya dlm laporan laba rugi
2)      Perkara penagihannya telah diserahkan kpd Pengadilan Negeri atau Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditor dan debitor yg bersangkutan
3)      Telah dipublikasikan dlm penerbitan umum atau khusus
4)      Menyerahkan daftar piutang yg tidak tertagih kpd Ditjen Pajak
Jika salah satu syarat tdk terpenuhi, maka penghapusan piutang tdk tertagih tdk dpt dibebankan menjadi biaya.
i.         Sumbangan dlm rangka penanggulangan bencana nasional
j.        Biaya pembangunan infrastruktur social
k.       Sumbangan dlm rangka penelitian yg dilakukan di Indonesia
l.         Sumbangan fasilitas pendidikan
m.    Sumbangan dlm rangka pembinaan olah raga

2.       Kompensasi Kerugian
Apabila penghasilan bruto setelah dikurangi dgn beban/biaya diatas didapat kerugian, maka kerugian tsb dikompensasikan dgn penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut hingga 5 tahun.
Contoh:
PT AA dlm tahun 2009 menderita kerugian fiskal sebesar Rp 1.200.000.000. Dalam 5 tahun berikutnya diketahui laba/rugi fiskal PT AA sbb:
2010 : laba fiskal 200.000.000
2011 : Rugi fiskal (300.000.000)
2012 : Laba fiskal NIHIL
2013 : Laba fiskal 100.000.000
2014 : Laba fiskal 800.000.000







Rugi fiskal dpt dikompensasikan sampai thn 2008
Kompensasi kerugian dilakukan sbb:
Rugi fiskal 2009
-1200000000
Laba fiskal 2010
200000000
Sisa rugi fiskal 2009
-1000000000
Rugi fiskal 2011
-300000000
Sisa rugi fiskal 2009
-1000000000
laba fiskal 2012
0
Sisa rugi fiskal 2009
-1000000000
Laba fiskal 2013
100000000
Sisa rugi fiskal 2009
Sisa rugi fiskal tdk dpt dikompensasikan lagi
-900000000
Laba fiskal 2014
800000000
Sisa rugi fiskal 2009
-100000000

3.       Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), Khusus utk WP OP
PTKP hanya diberikan kpd WP OP dlm negeri. Konsep PTKP merupakan penghasilan minimal org pribadi tidak kena pajak. Jika penghasilan seseorang dibawah PTKP, maka orang tsb dianggap “miskin”, sehingga tidak wajib memenuhi ketentuann perpajakan.

Tabel Penghasilan Tidak Kena Pajak
Uraian
PTKP setahun
(1 Jan 2009 – 31 Des 2012)
PTKP Setahun (1 Jan 2013)
Untuk diri sendiri
Rp 15.840.000
Rp 24.300.000
Tambahan kawin
Rp   1.320.000
Rp   2.025.000
Tambahan tanggungan utk keluarga sedarah/semenda dlm garis keturunan lurus, paling banyak 3 orang. Misalnya: orang tua, mertua, anak kandung, dan anak angkat
Rp   1.320.000
Rp   2.025.000
Tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dgn suami
Rp 15.840.000
Rp 24.300.000

Tabel Daftar Lengkap PTKP
Uraian
PTKP Setahun
Uraian
PTKP Setahun
TK/0
24.300.000
K/2
30.375.000
TK/1
26.325.000
K/3
32.400.000
TK/2
Rp28.350.000
K/I/0*
50.625.000
TK/3
Rp30.375.000
K/I/1*
52.650.000
K/0
Rp26.325.000
K/I/2*
54.675.000
K/1
Rp28.350.000
K/I/3*
56.700.000

a.       UU PPh menganggap keluarga sebagai satu kesatuan ekonomis, artinya penghasilan/kerugian dari seluruh anggota keluarga digabungkan sbg satu kesatuan dmn pemenuhan kewajiban pajaknya dilakukan oleh kepala keluarga. Namun, penghasilan suami-istri dpt dikenakan pajak secara terpisah jika suami istri terpisah atau suami-istri menghendaki pemisahan harta dan penghasilan
b.      Penghasilan anak yg blm dewasa digabung dgn penghasilan orang tuanya
c.       Penghasilan suami-istri dikenai pajak scr terpisah apabila:
1)      Suami-istri hidup berpisah berdasarkan putusan hakim
2)      Ada perjanjian pemisahan harta dan penghasilan
3)      Istri memilih utk menjalankan hak dan kewajibannya sendiri
d.      Untuk karyawati kawin menggunakan PTKP utk dirinya sendiri ditambah jumlah anggota keluarga yg menjadi tanggungannya (jika ada). Apabila penghasilan suami-istri digabung, maka besarnya PTKP yg diberikan adalah PTKP suami dgn status kawin ditambah PTKP istri utk dirinya sendiri, ditambah jumlah tanggungan keluarga
e.      Jika karyawati kawin tsb dpt menunjukkan keterangan tertulis dari penulis dari pemda setempat serendah-rendahnya kecamatan bahwa suaminya tidak memperoleh/menerima penghasilan, maka terhadap PTKP-nya diberikan tambahan Rp 2.025.000 ditambah jumlah anggota keluarga yg menjadi tanggungannya
f.        Besarnya PTKP ditentukan berdasarkan keadaan WP pd awal tahun takwin, atau awal masuk bekerja bagi pegawai yg baru bekerja pd bagian tahun takwin

Contoh Hitungan PTKP
·         WP A mempunyai seorang istri dgn tanggungan 4 (empat) orang anak. Apabila istrinya memperoleh penghasilan dari satu pemberi kerja yg sudah dipotong PPh 21 dan pekerjaan tsb tdk ada hubungannya dgn usaha suami atau anggota keluarga lainnya. Brp PTKP suami dan istri?
WP A:
Rp24.300.000 + Rp2.025.000 + (3 x Rp2.025.000) = Rp32.400.000
Istri, pd saat pemotongan PPh 21 oleh pemberi kerja:
        Rp.24.300.000
Apabila Istri digabung dgn penghasilan suami
        Rp32.400.000 + Rp24.300.000 = Rp56.700.000

Biaya/beban yg tdk boleh dikurangkan (nondeductible)
1.       Pembagian laba (deviden) dgn nama & dlm bentuk apapun, termasuk SHU koperasi
2.       Biaya yg dibebankan utk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu atau anggota
3.       Pembentukan atau pemupukan dana cadangan. Pembentukan dana cadangan yg dibolehkan hanya utk cadangan piutang tak tertagih bagi sewa guna usaha dgn hak opsi dan cadangan lainnya yg ditetapkan MenKeu, yakni bank umum, Bank Perkreditan Rakyat, Asuransi Jiwa/kerugian dan perusahaan pertambangan
4.       Premi asuransi yg dibayar sendiri oleh WP OP
5.       Penggantian dlm bentuk natura dan kenikmatan, kecuali utk di daerah tertentu dan yg berkaitan dgn pelaksanaan pekerjaan yg ditetapkan oleh MenKeu
6.       Jumlah yg melebihi kewajaran yg dibayarkan kpd pemegang saham atau kepada pihak yg mempunyai hubungan istimewa sbg imbalan sehubungan dgn pekerjaan
7.       Harta yg dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan
Pasal 9 ayat (1) huruf g dan PP No.18 thn 2009 yg berlaku sejak tgl 1 Januari 2009:
1.       Bantuan atau sumbangan trmasuk zakat dan sumbangan keagamaan yg sifatnya wajib bagi pemeluk agama yg diakui di Indonesia, dikecualikan sbg objek pajak PPh dgn syarat tdk ada hubungan dgn usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan diantara pihak-pihak yg bersangkutan.
2.       Bantuan atau sumbangan adalah pemberian dlm bentuk uang atau barang kpd orang pribadi atau badan
3.       Sumbangan keagamaan yg sifatnya wajib bagi pemeluk agama yg diakui di Indonesia adalah sumbangan keagamaan yg diterima oleh:
a.       Lembaga keagamaan yg dibentuk atau disahkan oleh pemerintah
b.      Penerima sumbangan yg berhak
4.       Pengertian zakat adalah zakat yg diterima oleh:
a.       Badan amil zakat atau lembaga amil zakat yg dibentuk atau disahkan oleh pemerintah
b.      Penerima zakat yg berhak
5.       Hubungan dgn usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan diantara pihak-pihak yg bersangkutan dpt terjadi karena ketergantungan atau keterikatan antara pihak-pihak baik langsung maupun tidak langsung
8.       Pajak penghasilan
9.       Biaya yg dikeluarkan utk kepentingan pribadi WP atau orang yg menjadi tanggungannya
10.   Gaji yg dibayarkan kpd anggota persekutuan, firma atau CV yg modalnya tidak terbagi atas saham
11.   Sanksi di bidang perpajakan

Menentukan Besarnya Penghasilan yg Merupakan Objek Pajak
Menentukan besarnya penghasilan yg merupakan objek pajak disebut juga sbg aktivitas koreksi/rekonsiliasi fiskal.
Koreksi/rekonsiliasi fiskal merupakan aktivitas dlm rangka menentukan penghasilan yg sebenarnya merupakan objek pajak.

Koreksi fiskal dibagi 2:
·         Koreksi fiskal positif: koreksi yg menyebabkan penghasilan (laba) bertambah dan pajak yg terutang menjadi lebih besar
·         Koreksi fiskal negative: koreksi yg menyebabkan penghasilan (laba) berkurang dan pajak yg terutang menjadi lebih kecil

Tabel Jenis-jenis Pajak Penghasilan yg Bersifat Final
No
Penghasilan dgn PPh Final
Keterangan Lain
1
Penghasilan bunga dari deposito/tabungan/giro, diskonto Sertifikasi Bank Indonesia (SBI)
20% x jumlah bruto
2
Keuntungan penjualan saham di bursa efek
0,1% x nilai transaksi, utk transaksi saham pendiri bukan perusahaan modal ventura dikenakan PPh tambahan 5%
3
Hadiah undian
25% x jumlah bruto
4
Keuntungan revaluasi aktiva
10% x selisih lebih
5
PPh Pasal 22 Final
Contoh: distributor Pertamina, rokok
6
Penghasilan sewa tanah & bangunan
10% x nilai sewa
7
Perusahaan pelayaran dalam/luar negeri dan penerbangan luar negeri
WP DN = 1,2% x peredaran bruto
WP LN = 2,64% x peredaran bruto
8
Usaha jasa konstruksi < 1 milyar rupiah
2% x bruto (pelaksana konstruksi
4% x bruto (pengawas & perencana konstruksi)
9
Penghasilan deviden yg diterima WP OP
Maksimal 10%

Contoh
1.       Laporan Laba Rugi PT AA menurut akuntansi utk tahun yg berakhir 31 Desember 2009.
Laba Kotor                                                                          300.000.000
-/- Beban-beban
       Beban gaji                                    25.000.000
       Beban PBB                                     5.000.000
       Sumbangan-sumbangan        30.000.000
       Beban Perjalanan Dinas         10.000.000             70.000.000
                                                                                                230.000.000
Informasi tambahan: dalam biaya perjalanan dinas, Rp4.000.000 merupakan biaya rekreasi direktur utama dan keluarga. Kemudian, sumbangan diberikan kpd bukan lembaga zakat yg tdk disahkan pemerintah. Terhadap laporan laba rugi tsb harus dilakukan koreksi fiskal dan disusun laporan laba rugi menurut fiskal, sehingga akan diperoleh laba/rugi bersih yg merupakan dasar pengenaan PPh.
                Laporan Laba Rugi Fiskal utk PT AA tahun 2009
Laba kotor                                                                           300.000.000
   /- Beban-beban                            
      Beban gaji                                     25.000.000
       Beban PBB                                      5.000.000
       Beban Perjalanan Dinas            6.000.000            36.000.000
Laba bersih (fiskal)                                                          264.000.000
Jadi, laba bersih PT AA yg merupakan PKP adalah Rp264.000.000

2.       Anto yg berstatus kawin dgn dua anak, adalah pengusaha emping. Tahun 2009 Anto membukukan laba bersih Rp500.000.000. Penghasilan di luar usaha pokok adalah Rp120.000.000. Jika ternyata dari laba bersih tersebut terdapat biaya yg menurut fiskal tdk dpt dikurangkan sebesar Rp50.000.000 dan dari penghasilan di luar usaha trmasuk juga penghasilan dari bunga deposito Bank BRI Rp30.000.000, maka penghasilan Anto yg menjadi dasar dlm menghitung PPh terutang adalah sbb:
Laba usaha                                                          500.000.000
Penghasilan lain-lain                                       120.000.000
Laba bersih                                                         620.000.000
+/+ beban nondeductible                              50.000.000
-/- penghasilan bunga deposito                 (30.000.000)
Laba bersih (fiskal)                                          640.000.000

3.       CV Satria Wijaya Teknik (CV SWT) adalah perusahaan reparasi mobil yg didirikan oleh Satria dan Wijaya. Dlm tahun 2009 CV SWT mempunyai penghasilan/laba bersih sebelum pajak sebesar Rp150.000.000, pdhal dlm tahun 2007 msh mempunyai sisa kerugian (fiskal) sebesar Rp25.000.000. Di dalam penghasilan tsb sudah termasuk:
a.       Gaji Satria sebesar Rp 25.000.000
b.      Dana Cadangan piutang tak tertagih Rp 5.000.000
c.       Fiskal luar negeri Rp2.000.000
d.      Biaya pendidikan karyawan Rp3.000.000
e.      Premi asuransi kebakaran bengkel dan kantor Rp800.000
f.        Pemberian sembako kepada karyawan Rp5.000.000
g.       Hasil menyewakan kantor sebesar Rp10.000.000
h.      Bunga jasa giro Rp2.500.000
Dari informasi di atas, utk menentukan besarnya penghasilan neto fiskal CV SWT perlu dilakukan koreksi fiskal sbb:
Laba kotor                                                                           150.000.000
Koreksi fiskal negative  
Sewa kantor                       10.000.000
Bunga jasa giro                   2.500.000           (12.500.000)
Koreksi fiskal positif
Gaji Satria                            25.000.000
Dana cadangan piutang   5.000.000
Fiskal LN                                 2.000.000
Pemberian sembako        5.000.000             37.000.000
Laba bersih (fiskal)                                                          174.000.000
Dikurangi kompensasi kerugian                                 (25.000.000)
PKP                                                                                        149.500.000

D.      TARIF DAN  CARA MENGHITUNG PAJAK (PASAL 16 – 19 UU PPh)
Terhadap suatu penghasilan kena pajak, penghitungan dan pengenaan pajak dilakukan menurut sifat dan sumber penghasilan, serta WP yg menerima penghasilan tsb. Jadi, pengenaan PPh dibagi dlm 6 kelompok:
·         PPh 21
·         PPh 22
·         PPh 23
·         PPh 24
·         PPh 26
·         PPh 29

Cara menghitung pajak:
PAJAK = TARIF x PKP
PAJAK = TARIF x DPP atau
PAJAK = TARIF x Laba bersih
               
Konsep menghitung pajak yg perlu diingat:
·         Jumlah PKP dibulatkan ke ribuan penuh. Misalnya, jumlah PKP Rp7.965.650, maka nilai tsb dibulatkan menjadi Rp7.965.000
·         Setiap lapisan PKP dikalikan dgn tariff pajaknya.




Tabel Tarif Pajak (Tarif Pasal 17 UU PPh)
Lapisan PKP
Tariff Pajak
Utk WP OP:

      Sampai dgn Rp50.000.000
5%
      Di atas Rp50.000.000 – Rp250.000.000
15%
      Di atas Rp250.000.000 – Rp500.000.000
25%
     Di atas Rp500.000.000
30%


Utk WP Badan DN & BUT menggunakan tariff tunggal
28%

Contoh perhitungan pajak terutang:
1.       Penghitungan pajak terutang utk WP OP dgn jumlah PKP Rp600.000.000
PPh terutang:
        5% x Rp50.000.000                           Rp    2.500.000
        15% x Rp200.000.000                      Rp  30.000.000
        25% x Rp250.000.000                      Rp  62.500.000
        30% x Rp100.000.000                      Rp  30.000.000
                        Total                                      Rp125.000.000
2.       Penghitungan pajak terutang utk WP Badan DN dan BUT dgn jumlah PKP Rp1.250.000.000
PPh terutang:
        28% x Rp1.250.000.000 = Rp350.000.000

Metode Perhitungan PKP

Contoh:
·         Melanjutkan contoh 1 sebelumnya, PT AA memperoleh laba bersih (fiskal) 2009 sebesar Rp264.000.000. Karena PT AA adalah WP badan, brp besarnya PPh terutang thn 2009?
Besarnya PPh terutang tahun 2009 adalah
Total PPh terutang = 28% x 264.000.000 = 73.920.000

·         Melanjutkan contoh 2 sebelumnya, WP Anto (K/2) memperoleh penghasilan bersih (fiskal) 2009 sebesar Rp640.000.000, karena Anto adalah WP orang pribadi, brp besarnya PPh terutang tahun 2009?
PPh terutang tahun 2009
        Penghasilan neto DN dari usaha bebas                   Rp 640.000.000
PTKP setahun
-          Untuk WP sendiri                     Rp 24.300.000
-          Tambahan WP kawin              Rp   2.025.000
-          Tambahan 2 anak                     Rp   4.050.000
Rp  (30.375.000)
PKP setahun                                                                      Rp 609.625.000
PPh terutang tahun 2009
5% x Rp 50.000.000          =             Rp    2.500.000
15% x Rp 200.000.000     =                    30.000.000
25% x Rp 250.000.000     =                    62.500.000
30% x Rp 109.625.000     =                     32.887.500
Total PPh terutang          =             Rp 127.887.500

·         Melanjutkan contoh 3, PT SWT memperoleh laba bersih (fiskal) 2009 sebesar Rp174.500.000, dan karena PT SWT mempunyai kerugian fiskal yg msh dpt dikompensasi sebesar Rp25.000.000, brp besarnya PPh terutang dihitung dari PKP setelah dikurangi kompensasi kerugian?
PPh terutang dihitung dari PKP setelah dikurangi kompensasi kerugian:
        Laba bersih (fiskal)                                          174.500.000
Dikurangi kompensasi kerugian                 (25.000.000)
PKP                                                                        149.500.000
Total PPh terutang 2009 = 28% x 149.500.000 = Rp41.860.000

E.       PELUNASAN PAJAK DALAM TAHUN BERJALAN (PASAL 20 – 27 UU PPh)
Cara pelaksanaan pelunasan pajak:
1.       Pemotongan/pemungutan pajak oleh pihak lain:
·         Dlm hal diperoleh penghasilan oleh WP sehubungan dgn pekerjaan, jasa, atau kegiatan (PPh 21)
·         Pemungutan pajak atas penghasilan oleh bendaharawan (PPh 22)
·         Pemotongan pajak atas penghasilan dr modal, jasa, dan kegiatan tertentu (PPh 23)
·         Kredit pajak LN (PPh 24)
2.       Pembayaran oleh WP sendiri:
·         Pembayaran angsuran pajak setiap masa pajak (PPh 25)
·         STP PPh 25 (hanya pokok pajak, tidak termasuk sanksi administrasi)
·         Fiskal LN

Perlakuan pembayaran fiskal LN ada dua, yaitu:
1.       Jika dibayar sendiri, pembayaran fiskal LN dapat menjadi angsuran PPh yg terutang dlm SPT Tahunan (khusus utk WP OP DN)
2.       Jika dibayar pemberi kerja, pembayaran fiskal LN dpt menjadi beban dari penghasilan bruto pemberi kerja (deductible)

F.       PERHITUNGAN PAJAK PADA AKHIR TAHUN (PASAL 28 – 31 & 31A UU PPh)
Perhitungan pajak akhir tahun = pajak terutang – kredit pajak

Bagi WP DN dan BUT, pajak yg terutang dlm satu tahun pajak dikurangi dgn kredit pajak utk thn pajak yg bersangkutan, berupa:
1.       Pemotongan pajak atas penghasilan dari pekerjaan, jasa, dan kegiatan (PPh 21)
2.       Pemungutan pajak atas penghasilan dari kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain (PPh 22)
3.       Pemotongan pajak atas penghasilan berupa deviden, bunga, royalty, sewa, hadiah dan penghargaan, dan imbalan jasa (PPh 23)
4.       Pajak yg dibayar atau terutang atas penghasilan dari LN yg boleh dikreditkan (PPh 24)
5.       Pembayaran yg dilakukan oleh WP sendiri (PPh 25)

Rumus Perhitungan Pajak Penghasilan yg Kurang/Lebih Bayar
Pajak terutang                                                                          XXX
-/- Kredit Pajak                                        
        PPh ditanggung pemerintah                       XXX
        Dipotong/pungut oleh pihak lain:
                        PPh 21                                                  XXX
                        PPh 22                                                  XXX
Jika kurang bayar, hrs disetorkan paling lambat tgl 25 bln ketiga setelah tahun pajak berakhir
                        PPh 23                                                  XXX
                        PPh 24                                                  XXX
        Dibayar sendiri
                        PPh 25                                                  XXX
                        STP PPh 25 (Pokok Pajak)             XXX
                        Fiskal LN                                               XXX
Total Kredit Pajak                                                             (XXX)
                PPh kurang/(lebih) bayar                             XXX

Jika lebih bayar, dpt dimintakan restitusi/pengembalian pajak
 




Contoh:
Melanjutkan contoh 3, asumsikan selama tahun 2009 CV SWT telah membayar sendiri PPh 25 sebesar Rp6.000.000 dan PPh yg dipungut/dipotong pihak lain yakni PPh 22 (Rp600.000), PPh 23 (Rp400.000), PPh 24 (Rp3.000.000), brp PPh yg masih kurang/lebih bayar dlm akhir thn 2009?
Pajak Penghasilan yg terutang thn 2009                                         41.860.000
-/- Kredit Pajak:
        PPh ditanggung pemerintah                                       0
        Pemotongan pajak dari pekerjaan (PPh 21)         0
        Pemungutan pajak oleh pihak lain (PPh 22)          600.000
        Pemotongan pajak dari modal (PPh 23)                 400.000
        Kredit pajak LN (PPh 24)                                                               3.000.000
        Dibayar sendiri oleh WP (PPh 25)                              6.000.000
        Fiskal LN                                                                               2.000.000
Jumlah PPh yg dpt dikreditkan                                                           (12.000.000)
PPh yg kurang bayar (PPh 29)                                                             29.860.000

Fasilitas Perpajakan Untuk Bidang Usaha Tertentu Serta Bidang Usaha Di Daerah Tertentu
1.       Pengurangan penghasilan neto paling tinggi 30% dari jumlah penanaman yg dilakukan
2.       Penyusutan dan amortisasi yg dipercepat, dgn ketentuan:
3.       Kompensasi kerugian yg lama tetapi tidak lebih dari 10 thn, dgn ketentuan:
a.       Tambahan 1 thn: apabila penanaman modal baru dilakukan di bidang-bidang usaha yg  tergolong beresiko tinggi
b.      Tambahan 1 thn: apabila penanaman modal memerlukan investasi/pengeluaran yg besar utk infrastruktur ekonomi dan sosial di lokasi usaha.
c.       Tambahan 1 tahun: apabila memperkerjakan tenaga kerja Indonesia baik pemimpin, staff maupun tenaga buruh yg melebihi jumlah tertentu
d.      Tambahan 1 tahun: apabila penanaman dilakukan dibidang usaha yg seluruhnya atau sebagian besar berorientasi ekspor
e.      Tambahan 1 thn: apabila penanaman modal dilakukan di daerah terpencil
4.       Pengenaan PPh atas deviden yg dibayarkan kpd subjek pajak LN sebesar 10%, atau tarif yg lebih rendah menurut Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda yg berlaku



Contoh:
1.       Peredaran bruto PT Y dlm thn pajak 2009 sebesar Rp 4.500.000.000 dgn PKP sebesar Rp500.000.000
Penghitungan pajak yg terutang:
Seluruh PKP yg diperoleh dari peredaran bruto tsb dikenai tariff sebesar 50% dari tariff PPh badan yg berlaku karena jumlah peredaran bruto PT Y tdk melebihi Rp4.800.000.000.
PPh terutang: (50% x 28%) x Rp500.000.000 = Rp70.000.000

2.       Peredaran bruto PT X dlm thn pajak 2009 sebesar Rp30.000.000.000, dgn PKP sebesar Rp3.000.000.000
Penghitungan PPh terutang:
·         Jumlah PKP dari bagian peredaran bruto yg memperoleh fasilitas
       Rp4.800.000.000 x Rp3.000.000.000
       Rp30.000.000.000


Rp  480.000.000
·         Jumlah PKP dari bagian peredaran bruto yg tdk memperoleh fasilitas
Rp3.000.000.000 – Rp480.000.000


Rp2.520.000.000
PPh yg terutang:
·         (50% x 28%) x Rp480.000.000
·         28% x Rp2.520.000.000
Jumlah PPh yg terutang

Rp     67.200.000
Rp  705.600.000  +
Rp 772.800.000

G.     KETENTUAN LAIN-LAIN (PASAL 31B, 31,C, 32 & 32A UU PPh)
Penerimaan Negara dari PPh OP DN dan PPh Pasal 21 yg dipotong oleh pemberi kerja dibagi dgn imbalan 80% untuk Pemerintah Pusat dan 20% untuk Pemda tmpat WP terdaftar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar